Minggu, 15 November 2015

TIPS MENGGUNAKAN KARTU BOLT DI XIAOMI MI4I


Standard
Akhirnya bisa juga nih Xiaomi Mi4i kita menggunakan kartu BOLT. Tutorial ini saya dapatkan dari broJimmy Ludin yang telah sharing ilmunya kepada kita tentang cara menggunakan kartu BOLT di Xiaomi Mi4i ini.
SYARAT :
  • Pastikan daerah anda ter-coverage oleh jaringan BOLT
  • Mempunyai kartu BOLT :p
    Tested dan berhasil di ROM :
  • ROM Xiaomi.EU 5.9.24
  • ROM China 5.9.17
TUTORIAL :
(SIM1 = BOLT, SIM2 = terserah)
  1. Pasang kartu Bolt di Simcard 1
  2. Reboot
  3. Masuk ke Settings
  4. Pilih SIM Cards & Mobile Networks
  5. Pilih Dial = SIM 2 dan Internet = SIM 1
  6. Masuk ke SIM1 Card Settings
  7. Pilih Access Point Names
  8. Klik New APN
  9. Ketik di Name = internet
  10. Ketik di APN = internet
  11. Save
  12. Masuk ke Phone
  13. Ketik *#*#4636#*#*
  14. Masuk ke Phone 1
  15. Catat IMEI nya (buat backup)
  16. Set Preferred Network Type = LTE/CDMA auto (PRL)
  17. Tunggu 10-20 detik
  18. Turn off Radio -> muncul SIM card Remove > OK
  19. Tunggu 10-20 detik
  20. Turn on Radio
  21. Horeeee Sinyal BOLT akan muncul tapi IMEI Bolt ilang (0000000)
    NB : Setiap kali restart, settingan akan kembali ke awal, jadi perlu untuk melakukan setting ulang
Source credit to Jimmy Ludin

UPDATE MIUI 7 V7.0.8.0 STABLE GLOBAL VERSION XIAOMI REDMI NOTE 2


Standard
Kabar gembira nih buat kalian yang menggunakan Xiaomi Redmi Note 2. Setelah kemarin banyak banget yang bertanya kepada saya di Twitter maupun di blog ini tentang kapan nih versi Global MIUI 7 Stabil untuk Xiaomi Redmi Note 2 rilis, akhirnya terjawab sudah.
Baru saja saya dapat email bahwa ROM yang ditunggu-tunggu oleh para pengguna Redmi Note 2 ini telah rilis. Langsung saja saya tanpa basa-basi langsung download dan mencobanya dan hasilnya : MANTAP! Penasaran kan ingin coba juga? Cekibrooottt…
Download : (pilih salah satu)
Screenshot :
12234871_1059938660705835_8038748636012755925_n
NB : untuk yang awalnya dari ROM China atau ROM DEV, wajib untuk wipe data untuk merasakan ROM yang bugless atau tanpa bug.

TIPS MENGATASI NOTIFIKASI YANG TELAT DI MIUI


Standard
Kalian pasti sering mengalami notifikasi yang sering telat ketika menggunakan hape Xiaomi (baca: MIUI). Ternyata itu hanya settingannya aja bro, gak usah nyalahin hapenya. Saya ada solusinya, cekibrooottt….
Cover YouTube
  1. Buka Security
  2. Pilih Permissions
  3. Pilih / centang aplikasi-aplikasi yang membutuhkan notifikasi
  4. Done
Udah gitu aja? iya emang gitu aja koq :p
Mau lebih jelas? nih liat aja videonya bro :

CUSTOM ROM HYBRID 2.0 FOR XIAOMI REDMI NOTE 2


Standard
Pengen ngerasain sensasi menggunakan Android Stock di Xiaomi Redmi Note 2 kalian? bisa koq. Pakai ROM ini aja, namanya adalah Hybrid 2.0. Custom ROM ini besutan orang Italia bernamaJo-San, penasaran kan? Cekibrooott…
Download :
Tutorial Install :
  • Reboot to CWM / TWRP
  • BACKUP (Wajib)
  • Wipe Data
  • Wipe Cache
  • Wipe Dalvik
  • Install Zip from SDCard
  • Install Hybrid
  • Install Gapps
  • Reboot
Screenshot :
Untitled-1
Source credit to Jo-San

Kamis, 12 November 2015

TIPS MENGGUNAKAN KARTU SMARTFREN 4G DI SMARTPHONE NON-SMARTFREN


Standard
Akhirnya kemarin baru aja dapat kartu perdana Smartfren yang 4G, setelah mencari-cari, akhirnya dapat di salah satu toko online Jual-Beli. Nah, untuk menggunakan kartu Smartfren di smartphone yang bukan punya Smartfren memang cukup tricky. Gini nih bro caranya…
P1070248-620x400
Tutorial :
  1. Pastikan smartphone kalian support 4G LTE.
  2. Download di PlayStore aplikasiSmartfren Customer Info
  3. Pasangkan kartu Smartfren (lebih baik di slot 1 agar setting lebih mudah)
  4. Masuk ke Settings
  5. Pilih dan aktifkan data pada slot 1
  6. Masuk ke Phone
  7. Ketik *#*#4636#*#* atau *#*#3646633#*#*
  8. Pilih Bandmode -> SIM 1
  9. Band 40 dan SET
  10. Pilih di Network Selecting menjadi LTE Only
  11. Setelah itu, masuk ke settings
  12. Atur APN seperti ini :
    APN: Smartfren4G
    Name: Smartfren
    Username: smartfren
    Password: smartfren
  13. Silakan di Save
  14. Tunggu sejenak, pastikan sinyal Smartfren akan terdeteksi
  15. Apabila sinyal sudah muncul, silakan aktifkan data
  16. Buka aplikasi Smartfren Customer Info
  17. Lalu beli paket internet yang telah tersedia
  18. Done
Tested di Xiaomi Mi4i. Tested dan berhasil juga di Xiaomi Redmi 2 dan Xiaomi Redmi Note 2. Bila tidak bisa, coba ganti dengan ROM Developer China atau yang Stable Version, karena ada beberapa kasus tidak berhasil di ROM Developer Global.
Tambahan dari salah satu follower di Twitter, cara ini bisa juga di terapkan di Meizu M2 Note, jangan lupa untuk potong kartunya dulu ke nano :)
Happy oprek!

PERBEDAAN ROM STABLE, DEVELOPER DAN PORTED DI MIUI


Standard
Bagi para pengguna Xiaomi atau khususnya MIUI pasti pertama akan merasa bingung dengan berbagai pilihan versi MIUI saat akan download. Baik itu versi Beta / Stabil, dll. Kali ini saya akan mencoba menjelaskan satu-persatu perbedaannya, supaya tidak ada lagi kebingungan diantara kita :p
Pertama-tama, kita akan bahas dulu tentang ROM Stable, Developer dan Ported. Cekibroott…
Stable ROM ini biasanya dibuat atau dikembangkan langsung oleh para developer MIUI yang resmi, biasanya diupdate setiap 2 minggu sekali / 1 bulan sekali bahkan bisa lebih lama.
ROM Stabil biasanya dirilis dengan keadaan sesuai dengan namanya, yaitu sudah stabil, dengan artian minim dengan bugs atau celah. Sehingga cocok buat mereka yang menginginkan sebuah ROM yang layak untuk digunakan sehari-hari. Versi stabil dari MIUI 6 adalah V6.X.X.0 XXXXXXX, biasanya X pertama setelah angka 6, adalah nomer versinya, sedangkan X yang tujuh buah biasanya melambangkan kode versi androidnya dan kode negara.
ROM Developer biasanya dibuat atau dikembangkan langsung juga oleh para developer MIUI resmi. Bedanya dengan yang Stabil, versi Developer ini biasanya diupdate secara berkala setiap 1 minggu sekali, bahkan saya pernah menemui beberapa hari yang lalu, cuma sehari setelah update ROM DEV resmi, muncul lagi versi pembaruan kembali. Jadi ROM DEV ini biasanya adalah ROM yang biasanya mempunyai beberapa bugs / celah, sehingga terkadang muncul error di dalam penggunaannya.
Tapi yang sering jadi pertanyaan adalah : “ROM DEV ini bisa gak sih buat ROM sehari-hari” Jawabannya : “BISA” karena saya pun selalu menggunakan ROM DEV ini.
Mengapa? Karena biasanya fitur-fitur baru akan lebih cepat muncul di ROM DEV ketimbang ROM Stabil, tetapi ya itu tadi, terkadang masih belum sempurna.
Versi DEV biasanya menggunakan format X.Y.Z, X adalah tahunnya, contoh 2016 biasanya dituliskan ekornya saja, jadi 6. Lalu Y adalah bulan sedangkan Z adalah hari / tanggalnya.

Lalu yang ketiga adalah Ported ROM atau ROM portingan. Jadi ROM Port ini biasanya dikembangkan dan dibuat oleh developer yang tidak resmi dari MIUI. Jadi bisa saja kita yang jadi developernya.
Contoh : dulu saat saya menggunakan Evercoss A7V ataupun Smartfren Andromax U pernah juga melakukan porting terhadap MIUI. Dahulu masih MIUI versi 5. Nah, ROM inilah yang disebut dengan Ported ROM atau ROM Portingan.
Dalam ROM Port ini biasanya bugs / celah yang terkandung dalam ROM ini banyak banget, melebihi dari ROM DEV. Contoh dulu waktu mencoba porting MIUI v5 adalah tidak bisa digunakannya kamera atau terkadang SIM card tidak terdeteksi, sehingga terkadang ROM ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut lagi.

Jam "Tag Heuer" Android Wear Dibanderol Rp 20 Juta


Selasa, 10 November 2015 | 10:15 WIB

MashableTag Heuer Connected
KOMPAS.com - Selama ini, Android Wear telah memunculkan model smartwatchyang lebih beragam ketimbang kompetitornya, Apple Watch. Pun begitu, Google masih kalah dalam menggarap pasar kelas atas.
Sebab, Apple Watch lebih dahulu memikat pasar tersebut dengan kemewahan Watch Edition dan Watch Hermes. Tak ingin ketinggalan, kini hadir Android Wear di merek jam tangan mewah "Tag Heuer" untuk menyaingi produk mewah Apple Watch.
Seperti namanya, Google menggandeng pembuat jam mewah asal Swiss untuk menggodok "Tag Heuer Connected". Arloji pintar mewah tersebut diharapkan bakal melilit pergelangan tangan masyarakat kelas atas.
"Ini adalah pencapaian luar biasa untuk industri arloji Swiss," kata CEO Tag Heuer Jean-Claude Biver, sebagaimana dilaporkan Mashable dan dihimpunKompasTekno, Selasa (10/11/2015)
"Saya telah menggunakan arloji pintar ini selama tiga minggu. Tak ada yang menganggap saya punya arloji pintar karena bentuknya tak tampak demikian," ia menambahkan.
Seperti kebanyakan Android Wear, Tag Heuer Connected juga memiliki bentuk bulat. Bahannya terbuat dari titanium dengan diameter 46mm.
Material safir dipilih untuk melindungi layar LCD. Sementara itu, resolusi layarnya 360x360p dengan kerapatan 240ppi. Spesifikasi ini memang di bawah Apple Watch yang memiliki kerapatan layar 300ppi dengan perlindungan retina.
Pun begitu, jika dilihat dari ketahanan baterai, Tag Heuer Connected diklaim lebih unggul. Arloji tersebut dikatakan dapat bertahan seharian penuh dengan penggunaan normal. Sedangkan Apple Watch paling maksimal dapat bertahan hingga 18 jam saja pada pemakaian normal.
Untuk menunjang karakter pengguna yang beragam, Tag Heuer Connected memiliki tujuh pilihan tali pengikat karet. Yakni biru, hijau, merah, jingga, putih dan kuning.
Adapun jeroannya disokong oleh Intel Atom Z34XX dengan penyimpanan internal 4GB. Adapula Bluetooth dan Wi-Fi untuk menunjang konektivitas.
Tag Heuer Connected bisa bekerja dengan iPhone iOS 8.2 dan ponsel Android dari 4.3 hingga yang terbaru. Untuk semua spesifikasi tersebut, Tag Heuer Connected dibanderol dengan harga 1500 dollar AS atau setara Rp 20 juta.
Untuk sementara, ketersediaan arloji tersebut baru menyasar pasar AS. Belum jelas kapan penjualannya akan berekspansi ke Indonesia. Untuk melihat desain selengkapnya, berikut video Tag Heuer Connected.

Google Longgarkan Aturan Ponsel Android One


Jumat, 6 November 2015 | 13:11 WIB

Oik Yusuf/ Kompas.comIlustrasi Android One
KOMPAS.com - Google dikabarkan sedang mengubah program Android One sehingga lebih mudah dikerjakan oleh vendor dan menghasilkan ponsel baru yang lebih baik.

Modifikasi program yang dimaksud adalah memberikan fleksibilitas pada para vendor yang menjadi rekan pembuatan ponsel tersebut.

Contohnya, seperti dilansir KompasTeknodari The Verge, Jumat (6/11/2015), kini vendor diperbolehkan membeli suku cadang ponsel dari siapapun yang diinginkan.

Selain itu, Google juga menyediakan lima pilihan spesifikasi kamera ponsel sehingga vendor akan lebih bebas.

Sumber melaporkan bahwa Google saat ini tengah bekerja sama dengan Lava, perusahaan ponsel asal India, untuk menguji program Android One baru tersebut. Kemungkinan ponsel ini akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang.

Program Android One sebenarnya dibuat demi mempermudah vendor yang ingin memproduksi ponsel Android dengan kinerja baik sekaligus harga banderol murah.

Sebelumnya, Google memberikan syarat ketat untuk setiap proses produksi Android One, mulai dari pemilihan suku cadang hingga soal pemasok yang dipakai. Tujuannya agar vendor cukup terima jadi, tanpa harus bersusah payah merancang desain dan mencari pemasok.

Syarat lainnya tentu saja memasukkan sejumlah layanan Google, misalnya Gmail, Maps, dan Hangouts.

Sayangnya hal demikian membuat sejumlah vendor merasa kurang cocok karena mereka tidak bisa menghemat dana pembelian suku cadang dan tidak bisa menonjolkan diferensiasi produknya.

Google Ambil Alih Aplikasi Editing Video Terbaik


Senin, 9 November 2015 | 11:16 WIB

Tech CrunchGoogle akuisisi perusahaan aplikasi berbasis foto, Fly Labs.
KOMPAS.com - Google mengakuisisi perusahaan berbasis foto Fly Labs untuk memperkuat tim Google Photos, layanan penyimpanan foto milik Google.

Konfirmasi itu diumumkan oleh akun Twitter resmi Fly Labs dan oleh Product Lead Google Photos, David Lieb.

"Kami dengan bangga mengumumkan bahwa kami telah diakusisi oleh Google. Baca pengumumannya di http://editonthefly.com !" demikian tulis Fly Labs di Twitter-nya pada Jumat (6/11/2015).

Sementara di hari yang sama, David Lieb menulis di akun Twitter-nya, "1/Google telah mengambilalih (@editonthefly), pembuat aplikasi pengolah video terbaik di dunia."

Namun, berapa nilai akuisisi Google terhadap Fly Labs tidak disebutkan di sini. Ke depannya, tim Fly Labs akan menjadi karyawan Google dan bergabung dengan tim Google Photos.

Fly Labs dikutip KompasTekno dari Tech Crunch, Senin (9/11/2015), memberikan layanan editing foto dan video di platform iOS. Aplikasinya selama 18 bulan terakhir telah diunduh sebanyak tiga juta kali di App Store.

Aplikasi-aplikasi buatan Fly Labs seperti Tempo, Fly, dan Crop, akan tersedia hingga waktu tiga bulan ke depan di App Store. Pengguna masih bisa memakainya namun tidak akan ada update lagi.

Google Photos sendiri semenjak pisah dari layanan Google+ kini telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna dengan jumlah foto dan video yang mencapai 50 miliar.

Selamat Jalan, Betamax


SonyPemutar kaset Betamax buatan Sony
KOMPAS.com - Format kaset Betamax sudah lama dilupakan warga dunia. Siapa sangka, pesaing berat format VHS ini masih diproduksi dan dipasarkan di negeri asalnya, Jepang.

Namun, masa penjualan media penyimpanan berbasis pita magnetik ini bakal dihentikan dalam waktu dekat ini. Sony, sebagaimana KompasTeknorangkum dari Cnet, Rabu (11/11/2015), memutuskan untuk menghentikan produksi Betamax mulai Maret tahun 2016 mendatang.

Tidak jelas alasan di balik penghentian itu. Tapi, tampaknya, mengingat sudah kecilnya popularitas media itu membuat Sony harus melupakan format tersebut selamanya.

"Ini akan menjadi pengapalan terakhir dari semua media memori berbasis Betamax," tulis Sony dalam situs resminya.

Betamax sendiri diperkenalkan pada tahun 1975 oleh Sony. Waktu kehadirannya satu tahun lebih cepat dari VHS yang dikembangkan oleh pesaing Sony, yakni JVC.

Baik Betamax dan JVC bisa digunakan untuk merekam video. Pengguna harus menggunakan alat pemutar khusus untuk memutar format ini. Alat itupun dilengkapi dengan TV Tuner sehingga pengguna bisa merekam acara TV.

Di tahun-tahun keemasannya, kedua format penyimpanan itu memang banyak digunakan untuk merekam acara televisi yang terlewatkan oleh penonton. Ia juga banyak dimanfaatkan bagi penonton yang ingin menonton ulang sebuah acara.

Di era peperangan kedua format ini, banyak perdebatan mengenai format mana yang paling unggul. Akan tetapi, secara teknis, banyak yang menganggap Betamax lebih unggul. Pasalnya, ia menawarkan kualitas video yang lebih tinggi ketimbang VHS.

Pada kenyataannya, VHS lebih banyak dipilih karena mampu merekam video lebih panjang dari Betamax. Selain itu, yang terpenting, kaset VHS memiliki banderol lebih murah dari Betamax.

Sony pun sempat "menyerah" dengan keinginan pasar dengan mengembangkan alat pemutar VHS sendiri.

Masa kejayaan Betamax sendiri akhirnya pudar setelah format-format penyimpanan video baru, seperti CD, DVD, hingga Blu-Ray muncul ke pasaran. Di Indonesia, format Betamax masih populer setidaknya hingga tahun 90'an.

Sepanjang karir dari Betamax, Sony mengklaim telah berhasil menjual 18 juta unit. Alat pemutarnya sendiri sudah berhenti dijual sejak tahun 2002 lalu.

Google Buka Pintu ke "Jantung" Aplikasinya


Rabu, 11 November 2015 | 08:10 WIB

Yoga Hastyadi Widiartanto/KompasTeknoSenior Research Scientist and Co founder Google Deep Learning Team Greg Corrado


TOKYO, KOMPAS.com - Dalam semua aplikasi Google, dari Now hingga Photos, ada sebuah program machine learning yang menjadi jantung perkembangan dan kecanggihannya. Dan kini mereka baru saja membuka TensorFlow, sebutan untuk teknologi tersebut, sebagai open source.

Artinya developer manapun yang berminat mengembangkan teknologi berbasis machine learning bisa menggunakan kumpulan atau library kode milik Google itu dengan bebas.

Executive Chairman Alphabet, Eric Schmidt mengatakan langkah mereka membuka jantung Android ini adalah sebuah langkah strategis untuk mendorong perkembangan teknologi machine learning. Pasalnya teknologi tersebut masih sangat muda, belum banyak diketahui.

"Dengan cara demikian akan banyak pembuat aplikasi yang sama-sama memakai dan otomatis mengembangkannya," terang Schmidt melalui video conference dalam acara The Magic in The Machine, yang dihadiri langsung jurnalis Kompas.com, Yoga Hastyadi Widiartanto di Tokyo, Jepang, Selasa (10/11/2015).

"Kami rilis versi open source yang bisa berjalan di satu komputer, sehingga dapat dengan mudah dipakai siapa saja. Karena ini hal baru, akan lebih bermanfaat kalau ada orang menggunakan dan sama-sama mengembangkannya," imbuh Schmidt.

Senior Research Scientist and Co founder Google Deep Learning Team Greg Corrado menambahkan, TensorFlow merupakan teknologi machine learning yang paling baru. Kemampuannya adalah membuat proses mengenali dan menganalisa data menjadi lebih cepat ketimbang teknologi sebelumnya.

Teknologi ini membuat sebuah mesin bisa belajar dari pengalaman sendiri. Misalnya, seiring Anda membuka Gmail dan menandai sebuah surat sebagai spam, maka sistem akan belajar menghafal ciri-citi dokumen tersebut.

Selanjutnya data yang terkumpul menjadi bahan analisa, sehingga tiap ada surat atau email yang mirip agar ditandai sebagai spam.

"Baru malam tadi kami merilis open source standard software library untuk machine learning, namanya TensorFlow. Kami rilis ini dalam lisensi Apache yang sangat fleksibel," terang Corrado.

"Saya rasa library machine learning ini sangat penting. Intinya adalah untuk memiliki open software standard bagi machine learning sehingga orang bisa belajar tentang sistem tersebut," pungkasnya.

Review: Hisense Pureshot Plus, Cocok Bagi Pengguna Baru


Rabu, 11 November 2015 | 10:17 WIB

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comTampilan depan Hisense PureShot
KOMPAS.com - Satu lagi produsen asal China yang mencoba peruntungannya di dunia smartphone Indonesia. Belum lama ini, Hisense merilis ponsel "perdananya" di Tanah Air, yakni PureShot dan PureShot+.

Hisense sendiri sebenarnya bukan nama baru di Indonesia. Mereka sudah pernah merilis beberapa seri smartphone. Namun, perangkat itu tidak di bawah label "Hisense", melainkan "Andromax".

Ya, perusahaan tersebut sebelumnya memang bekerja sama dengan Smartfren untuk membuat perangkat genggam Andromax. Akan tetapi, beberapa saat lalu, kedua perusahaan  itu memutuskan untuk "berpisah". Hisense kini tak hanya memproduksi perangkat di bawah nama Andromax.

Hal tersebut tidak serta merta membuat Hisense ingin "angkat kaki" dari Indonesia. Hisense menganggap pasar smartphoneIndonesia masih sangat potensial sehingga memutuskan untuk merilis perangkat membawa label nama sendiri. Maka, lahirlah PureShot dan PureShot+ di Indonesia.

Meski sudah tidak memproduksi produk dengan label nama Andromax, Hisense sebenarnya masih memiliki kerja sama yang cukup erat dengan Smartfren. Dua seri smartphone yang baru dirilisnya tersebut, mendukung jaringan 4G LTE yang digunakan Smartfren, yakni 850 MHz dan 2.300 MHz.

Dalam paket penjualan pun, Hisense memaketkan kedua perangkat tersebut dengan kartu SIM perdana dari Smartfren.

KompasTekno beberapa waktu lalu mendapatkan salah satu seri dari dua perangkat yang diumumkan itu, yakni PureShot+. Bagaimana kinerja dari salah satu perangkat "perdana" Hisense di Indonesia itu? Simak review berikut ini.

Desain, Jaringan, dan Software Hisense PureShot+

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comHisense PureShot secara sepitas mirip iPhone 5
Secara sepintas, Pureshot+ memiliki desain fisik yang mirip dengan iPhone 5. Perhatikan sudut-sudutnya yang membulat, tombol Home di bawah layar, dan peletakkan lensa kamera. Semuanya merujuk pada ponsel generasi lawas dari perusahaan Cupertino itu.

Selain itu, desain speaker perangkat ini mirip dengan iPhone 6, yakni diletakkan di bagian paling bawah, mengapit port USB yang diletakkan di bagian tengah.

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comTampilan belakang Pureshot

Hisense membekali perangkat ini dengan layar berjenis IPS 2,5D berukuran cukup besar, yakni 5,5 inci. Layar tersebut sedikit lebih besar dari PureShot, yang hadir dengan layar 5 inci.

Layar PureShot+ sendiri mendukung resolusi 1.280 x 720 piksel dengan tingkat ketajaman 267 piksel per inci.

Dengan resolusi dan tingkat kerapatan layar, perangkat ini mampu menghasilkan gambar yang lumayan tajam. Sayangnya, saturasi warna yang ada terasa sedikit berlebih.

Untungnya, Hisense menyediakan pilihan untuk menurunkan saturasi warna agar lebih nyaman dilihat.

Bentang layar sebesar itu dirasa menjadi salah satu nilai tambah dari perangkat ini. Dengan layar berukuran 5,5 inci, PureShot+ nyaman untuk menikmati game dan menonton video, tentunya dengan catatan tingkat saturasinya diturunkan terlebih dahulu.

Tepat di bawah layar, Anda akan menemukan sebuah logo kotak dengan sudut membulat. Ini merupakan tombol kapasitif yang bisa digunakan sebagai tombol Home. Jika ditahan selama beberapa detik, tombol ini akan membawa pengguna ke aplikasi Google Now.

Di kanan dan kiri tombol Home, terdapatRecent Apps dan Back. Seperti namanya,Recent Apps dapat digunakan untuk melihat aplikasi saja yang baru saja dan sedang berjalan. Sementara itu, tombolBack dapat digunakan untuk kembali ke layar atau aplikasi sebelumnya.

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comDua tombol fisik di samping kanan perangkat

Ponsel ini punya dua tombol fisik, yakni volume dan on/off yang diletakkan di sisi kanan perangkat.

Pada bagian atas, terdapat port 3.5 mm audio, tempat pengguna mencolok earphone atau headphone. Sementara itu, di bagian bawah, terdapat speaker dan port USB.

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comSpeaker PureShot mengapit port USB
Salah satu nilai jual lainnya dari perangkat ini terletak di bagian speaker tersebut. Sudah dilisensi dengan audio Dolby, speaker tersebut mampu menghasilkan suara kencang dan menggelegar untuk menonton video, apalagi film aksi.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku untuk mendengarkan musik. Saat diputar dengan suara maksimal, suara yang dihasilkan cukup cempreng. Disarankan untuk mendengarkan musik dengan menggunakan earphone atau headphone.

Beralih ke bagian belakang. Mulai dari atas ke bawah, pengguna bisa menemukan lensa kamera beserta lampu kilat dual LED, kemudian logo Hisense tepat di tengah casing, serta tulisan "PureShot Plus by Hisense. Life Reimagined". Di sebelahnya, terdapat logo audio Dolby, menandakan perangkat ini sudah disertifikasi dengan teknologi Dolby.

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comBagian belakang perangkat bisa dibuka

Casing belakang ini bisa dibuka. Di baliknya, terdapat baterai 2.500 mAh yang dapat dicopot, slot dual-SIM (ukuran standar), dan slot kartu memori microSD.

Sayangnya, casing belakang ini terbuat plastik. Ketika dicopot, bagian ini terasa lembek dan seperti mudah patah.

Kekurangan yang terasa dari material itu sedikit ditebus dengan penggunaan metal di bagian rangkanya. Meski menggunakan bahan plastik di bagian belakangnya, PureShot+ masih terasa kokoh.

Hisense PureShot+ mendukung band jaringan 4G LTE dari semua operator seluler Indonesia. Ia mendukung FDD Band 2 (1.900 MHz), 3 (1.800 MHz), 5 (850 MHz), 8 (900 MHz); dan TDD band 40 (2.300 MHz).

Smartfren sendiri menggunakan TDD band 40 dan FDD band 5. Sementara itu, operator seluler lainnya menggunakan FDD band 3 dan 8.

HisenseTampilan Hisense Pureshot

Hisense PureShot+ berjalan di sistem operasi Android 5.0.2 Lollipop. OS mobile itu dipercantik dengan tampilan antarmuka buatan sendiri yang dinamakan Vision 2.0.

Hisense menyediakan dua jenis tampilan pada Vision 2.0, tampilan standar dan sederhana.

Tampilan standar memperlihatkan antarmuka Android pada umumnya. Sedangkan, sederhana membuat tampilan perangkat bergaya kotak-kotak, mirip dengan Windows Phone. Bedanya, pengguna tidak bisa mengatur ukuran kotak.

Oh ya, dalam Vision 2.0 ini jangan harap bisa menemukan App Drawer yang biasa ada di Android lain. Hisense sudah meniadakannya sehingga semua aplikasi akan langsung tertata di halaman depan ponsel.

Spesifikasi dan kinerja

Hisense PureShot+ dibekali dengan chipset Snapdragon 615, prosesor octa-core  Cortex A53 (4 x 1 GHz dan 4x 1,5 GHz), GPU Adreno 405, dan RAM 2 GB.

Dengan kombinasi hardware seperti itu, kinerja ponsel ini sama sekali tidak mengecewakan saat diajak bekerja atau bermain game. Untuk multitasking, seperti membuka web lalu copy-paste dan mengetik di aplikasi WPS Office bisa dilakukan dengan cepat.

Besarnya layar perangkat ini membuat desain keyboard virtual yang dihadirkan perangkat tersebut juga membesar. Akibatnya, mengetik jadi lebih mudah dan typo jarang terjadi.

Begitu pula sosial media Path, Instagram, Twitter, Facebook, atau Periscope. Rata-rata aplikasi bisa berjalan tanpa mengalami force closed atau freeze di di tengah jalan.

KompasTekno mencobanya untuk bermain sejumlah game, seperti Commute, Jetpack Joyride, dan Clash of Clans. Semuanya sama-sama berjalan mulus.

Hanya saja, suhu ponsel akan meningkat ketika perangkat bekerja keras, seperti bermain game atau menonton video. Area panas terletak di bagian belakang, di bawah kamera. Tampaknya, SoC perangkat tersebut memang terletak di bagian tersebut.

Saat KompasTekno mencoba memainkan game selama 10 menit, suhu meningkat sekitar 5 derajat Celcius, dari 32 derajat menjadi 37 derajat.

Seluruh kineja tersebut ditopang oleh baterai Lithium ion berkapasitas 2.500 mAh. Kapasitas itu memang terasa kurang besar, ternyata cukup untuk menghidupi Hisense PureShot+ selama kurang lebih 8-10 jam.

Dengan catatan, hanya memakainya untuk pemakaian wajar, seperti media sosial, browsing, mengetik, pesan teks seperti WhatsApp, dan foto tanpa flash. Itupun tidak secara non-stop.

Apabila perangkat digunakan secara non-stop untuk menonton, browsing, dan bermain game, baterai tersebut hanya mampu menopang hidup perangkat selama 5 jam 20 menit saja.

Sedangkan, pengisian daya sampai penuh memakan waktu sekitar 2 jam.

Media penyimpanan internal dari perangkat ini sendiri hanya sebesar 16 GB saja. Jika ingin menambah kapasitas tersebut, pengguna bisa menggunakan kartu memori microSD hingga 128 GB, lebih dari cukup untuk menyimpan video, musik, dan foto.

KompasTekno juga melakukan pengujian benchmark menggunakan AnTuTu dan PC Mark. Berikut ini hasilnya.

Deliusno/Kompas.comHasil benchmark menggunakan AnTuTu dan PC Mark


Kamera

Hisense membekali PureShot+ dengan sebuah kamera utama 13 megapiksel, lengkap dengan lampu dual flash. Sementara itu, di bagian depan terdapat kamera 5 megapiksel. Uniknya, di bagian depan ini, Hisense melengkapinya juga dengan lampu flash LED.

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.comBagian depan Hisense Pureshot Plus dilengkapi dengan lampu flash

Hasil jepretan kedua kamera ini memuaskan, terutama bila memotret dalam kondisi pencahayaan yang cukup. Secara keseluruhan, warna, saturasi, dan kontras terlihat baik.

Deliusno/Kompas.comMode kamera yang ada di Hisense PureShot

PureShot+ dilengkapi dengan sejumlah fitur kamera yang menarik. Antara lain mode, High Dynamic Range (HDR), Panorama, Macro, Beauty, Audio Note, Baby Mode, Night, Night Potrait, dan PPT Mode.

Salah satu mode yang menarik adalah Baby Mode. Dalam mode tersebut,smartphone ini akan mengeluarkan berbagai jenis bunyi yang dijamin membuat anak kecil menengok ke arah kamera. Setelah menengok, secara otomatis kamera akan mengambil gambar.

Satu hal yang disayangkan, fitur kamera tidak dilengkapi mode Manual. Artinya, Anda tidak bisa mengatur ISO, White Balance, dan shutter speed lensa.

Dalam kondisi lumayan gelap, sekitar sore pukul 17.00, gambar yang dijepret mampu menghasilkan gambar yang cukup baik. Detail masih bisa sedikit tertangkap oleh kamera ini.

Berikut hasil jepretan gambar dari perangkat ini:

Deliusno/Kompas.comHasil foto Hisense PureShot Plus dengan cahaya cukup

Deliusno/Kompas.comHasil jepretan lainnya di kondisi cahaya cukup

Deliusno/Kompas.comHasil foto makro Hisense PureShot Plus

Deliusno/Kompas.comHasil jepretan Hisense PureShot Plus di keadaan rendah cahaya

Deliusno/Kompas.comHasil foto di keadaan minim cahaya

Kesimpulan

Dengan harga Rp 3,1 juta, Hisense PureShot+ adalah salah satu ponsel yang andal. Ia cocok bagi yang ingin beralih dari feature phone ke smartphone. Selain mendapatkan smartphone dengan kinerja yang cukup memuaskan, ia juga dilengkapi dengan dukungan jaringan terbaru di Indonesia, yakni 4G LTE.

Kamera dalam perangkat ini juga dapat dibilang sangat baik untuk menjepret gambar. Meski tidak dilengkapi dengan mode Manual, kekurangan tersebut "ditebus" dengan berbagai mode menarik, seperti Baby Mode.

Hasil fotonya pun sudah lebih dari cukup untuk dipamerkan di aplikasi media sosial.

Hisense PureShot+ pun sangat cocok untuk menikmati konten entertainment, seperti film aksi. Kombinasi antara speaker dengan lisensi Dolby ditambah layar berbetang 5,5 inci, membuatnya sangat nyaman untuk digunakan menonton

Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku untuk mendengarkan musik. Memang speaker mampu menghasilkan suara yang besar, tetapi cenderung cempreng. Sangat disarankan untuk menggunakan earphone dan headphone.

Salah satu kelemahannya terletak di bagian baterai. Komponen ini terasa kurang besar untuk menyokong hidup perangkat dalam satu kali charge. Untungnya, apabila penggunaan dalam batas wajar, baterai ini bisa menghidupkan perangkat seharian.

Kekurangan lainnya, resolusi layar hanya High Definition 720p. Saat ini, kebanyakan perangkat dengan layar 5,5 inci sudah mendukung resolusi Full HD 1080 piksel. Kemungkinan, pemilihan resolusi itu untuk menjaga harga dari Pureshot+ ini.

CUSTOM ROM CYANOGENMOD 13.0 (ANDROID MARSHMALLOW 6.0) FOR XIAOMI REDMI 1S


Standard
Akhirnya datang juga nih Custom ROM CyanogenMod 13 yang berbasis Android versi terbaru, yaitu Marshmallow untuk Xiaomi Redmi 1S. ROM ini smooth dan ringan banget. Penasaran kan? cekibrooott…

Bahan :
How to Install?
  • Reboot to Recovery (TWRP)
  • Budayakan Backup
  • Wipe Data
  • Wipe Cache
  • Wipe Dalvik
  • Install Zip from SDCard
  • Pilih CM13
  • Pilih Gapps
  • Wipe Data
  • Wipe Cache
  • Wipe Dalvik
  • Reboot
Screenshots :
BUGS :
Bugs saya baru nemu CM File Manager yang gak jalan, tapi buat saya gak masalah, karena saya selalu menggunakan FX File Explorer (bisa download di PlayStore) lalu ada beberapa aplikasi yang tidak jalan (hal ini wajar, karena memang Android Marshmallow ini masih mempunyai kendala dalam kompabilitas dengan beberapa aplikasi)