Selasa, 10 November 2015

Agar Kepahlawanan Bisa Terus Relevan

Agar Kepahlawanan Bisa Terus Relevan


Jakarta -
Setiap 10 November kita memperingati Hari Pahlawan. Peringatan ini dilakukan terus menerus bukan semata untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan.

Peringatan Hari Pahlawan hendaknya menjadi upaya untuk merevitalisasi semangat kepahlawanan dalam kehidupan di zaman sekarang. Pendeknya, Hari Pahlawan bukan hanya bicara tentang masa lalu, tapi juga masa kini dan masa depan.

Pada masa lalu, sudah jelas bahwa kepahlawanan merujuk tindakan-tindakan konkrit melawan kolonialisme dan imperialisme. Tindakan konkrit itu dari mulai perjuangan fisik dan bersenjata maupun perjuangan intelektual dan spiritual melalui organisasi pergerakan nasional.

Berhadapan dengan kolonialisme dan imperialisme jelas tidak mudah. Para penjajah memang rakus dan eksploitatif. Bung Karno dalam pledoi bersejarah yang berjudul "Indonesia Menggugat" menyebut kolonialisme sebagai ular naga. Naga itu kepalanya berada di Asia, termasuk di Indonesia, untuk menghisap kekayaan negeri-negeri jajahan. Sementara tubuh dari ekor naganya bercokol di Eropa dengan asyiknya mencicipi dan menikmati hasil penghisapan kekayaan tersebut.

Di hadapan praktik penghisapan itu, para pahlawan bangsa tentu tidak bisa tinggal diam. Walau pun perjuangannya bertahap, memakan waktu ratusan tahun, dan tidak jarang menemui kegagalan, namun sebisanya dan sesanggupnya mereka melakukan perlawanan dan perjuangan.

Nilai penting dari perjuangan mereka bukan terletak dalam keberhasilan atau kegagalannya. Tapi terletak pada keberanian dan kesanggupan untuk berjuang di tengah berbagai keterbatasan. Dan berjuang melawan raksasa kolonial sudah barang tentu juga berarti pengorbanan. Macam-macam pengorbanan. Dari pengorbanan waktu dan harta, hingga pengorbanan raga dan nyawa.

Beberapa dari para pahlawan bangsa ini sadar bahwa perjuangan mereka sangat sulit bahkan sepertinya akan gagal. Namun bahwa kesulitan dan ancaman kegagalan itu tidak menyurutkan sikap mereka, di situlah nilai terpenting kepahlawanan. Bahwa sulit dan gagal itu bukan alasan untuk berhenti berjuang. Sebab mereka yakin, kalaupun perjuangan mereka belum berhasil, namun perjuangannya akan membangkitkan inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya. Akan ada generasi penerus yang melanjutkan nyala api perjuangan sampai berhasil. Ya, berhasil mencapai kemerdekaan.

Dan sejarah mencatat, Indonesia akhirnya berhasil merebut kemerdekaan itu! Dengan tangan sendiri! Dengan keringat sendiri! Dengan darah sendiri!

Lantas apa yang bisa kita lanjutkan di zaman sekarang? Pertanyaan itulah yang hendaknya selalu kita renungkan, terutama di Hari Pahlawan ini.

Mungkin memang tidak ada lagi penjajah yang main selonong masuk ke wilayah kita dengan mengokang senjata. Namun bukan berarti persoalan sudah selesai. Pekerjaan rumah yang kita hadapi bersama masih banyak, bahkan sangat banyak. Indonesia masih harus merealisasikan mimpi-mimpi besar para pendiri bangsa.

Sebab kemerdekaan sesungguhnya hanya jembatan emas. Kemerdekaan bukan tujuan, melainkan jembatan untuk menuju cita-cita yang lebih besar. Apakah itu? Yaitu Indonesia sebagai bangsa yang besar, Indonesia sebagai negara yang kuat, Indonesia sebagai tanah air yang makmur, Indonesia sebagai tumpah darah yang sejahtera dengan rakyat yang berdaya.

Hal itu mustahil dikerjakan hanya oleh pemerintah saja. Cita-cita para pendiri bangsa itu sesungguhnya adalah sebuah program kolektif, proyek bersama, agenda kita semua. Dari Presiden dan para menterinya, gubernur dan bupati atau walikota, camat dan kepala desa, Pak RT dan Pak RW, para pegawai negeri dan juga semua elemen masyarakat. Dari para guru dan pendidik, seniman dan para kreator, para pengusaha dan karyawan, kaum profesional, sastrawan dan budayawan, dari para penulis atau penyanyi hingga para wartawan dan para atlit. Dan tugas itu tak memandang usia. Dari yang tua hingga yang muda. Laki-laki maupun perempuan.

Dalam bidang masing-masing, hendaknya kita bekerja dengan sebaik-baiknya, berkarya dengan sebagus-bagusnya, dan berbakti kepada tanah air dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing. Yang pendidik, didiklah para murid dengan penuh dedikasi dan contoh keteladanan. Yang seniman dan kreator, ciptakanlah karya-karya besar yang bisa mengangkat pamor Indonesia ke panggung dunia. Yang pengusaha dan profesional, bekerjalah memperbaiki dan memperkuat ekonomi Indonesia. Yang sastrawan dan wartawan, tulislah naskah-naskah yang memihak kepada kebenaran.

Yang atlet dan olahragawan, bertarunglah di setiap pertandingan dengan penuh keberanian dan tak kenal rasa takut untuk membela panji-panji Indonesia. Jadilah Pahlawan Olahraga, sebagaimana Susy Susanti dulu berhasil mengibarkan sang saka merah putih untuk pertama kalinya di pentas Olimpiade.

Jika kita semua bekerja dan berkarya di bidangnya masing-masing dengan penuh totalitas dan dedikasi, dengan sendirinya akan membantu memperbaiki nasib negeri ini. Kita harus menjadi individu-individu yang kuat dan tangguh, agar bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada Indonesia dengan cara dan keahlian masing-masing. Di bidangnya masing-masing.

Itulah yang saya maksudkan sebagai kepahlawanan hari ini. Kepahlawanan yang dapat dipraktikkan siapa pun. Mungkin tidak terlihat heroik seperti Bung Tomo di Surabaya, Mohammad Toha di Bandung atau Wolter Monginsidi di Makassar.
Namun percayalah, saudara-saudaraku, kepahlawanan yang sifatnya sehari-hari ini, yang tampaknya remeh temeh ini, jika dilakukan secara bersama-sama dampaknya niscaya akan luar biasa. Mungkin tidak akan langsung terlihat hasilnya. Namun waktu akan membuktikan bahwa tidak ada kerja yang sia-sia, tidak ada karya yang akan terbuang percuma.

Sebab, sekali lagi, kita ada negeri yang sangat kaya. Kita sendiri yang harus menggalinya, dengan tangan sendiri, dengan keringat dan usaha kita sendiri. Bukan orang lain, bukan bangsa lain.

Izinkah sekali lagi saya mengutip pernyataan Bung Karno:

"Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara.
Gali!
Bekerja!
Gali!
Bekerja!
Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar